Senin, 21 September 2009

Sekelumit ttg komik komersial dan komik seni


Ada orang yg berpendapat bahwa komik itu sangat sempit, apalagi jika dibatasi menjadi komik Indonesia, maka akan menjadi semakin sempit. Dibahas sebentar saja juga sudah habis. Namun sebenarnya komik itu sangat luas, terutama jika dibahas dari berbagai sudut pandang dan persepsi. Saya pernah berdiskusi dengan seorang teman ttg komik beberapa waktu yl. Setelah berdiskusi panjang lebar sampailah kami pada suatu kesimpulan bahwa komik itu sangat luas dan tidak akan habis dibahas sampai esok pagi. Apa yg saya paparkan di bawah ini tentang komik hanyalah sekelumit saja dari pemahaman komik yg sangat luas itu. Mudah2an dapat memberikan manfaat bagi teman-teman semua.

Dilihat dari tujuannya komik dibuat, secara sederhana komik itu dibagi menjadi dua bagian besar yaitu komik komersial dan komik non komersial. Untuk mudahnya, saya sebut saja komik non komersial sebagai komik2 seni. Kita semua mungkin sudah tahu bahwa komik komersial dibuat dengan tujuan untuk dijual atau diperdagangkan, sedangkan komik seni dibuat tidak untuk dijual tapi dibuat untuk tujuan lain misalnya sebagai media ekpresi bagi si seniman, dan lain-lain.


Komik komersial memegang peranan penting dalam menggerakkan roda industri komik. Industri komik tidak akan jalan tanpa adanya produksi dan perdagangan komik. Dalam industri komik terdapat berbagai komponen yg saling berhubungan satu sama lain misalnya si komikus, produser komik, penerbit komik, distributor komik, pedagang komik, pembeli dan pembaca komik. Komik komersial juga memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masing2 komponen itu. Oleh karena itu, jika kita bicara tentang industri komik, maka kita bicara soal komik komersial. Oleh karena itu, jika si komikus (pembuat komik) ingin menggantungkan hidup dari membuat komik, maka sebenarnya mereka bicara soal komik komersial bukan komik2 seni. Agar komik komersial itu laku di jual dipasar, berarti si pembuat komik, produser komik atau penerbit komik harus memperhatikan selera pembaca komik, calon-calon pembeli komiknya. Jika komik2 itu tidak disukai oleh pembacanya, maka komik2 itu
tidak akan dibeli oleh pembacanya.

Sedangkan komik2 seni kebanyakan lebih sebagai media ekspressi dari si komikusnya dan tidak dihubungkan dengan pembaca komik2nya. Di tahun 2007 yang lalu saya menghadiri pameran komik yg diberi label komik2 DIY (do it yourself) di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.. Melihat komik2 itu, saya berpendapat bahwa komik2 itu adalah komik2 seni dan bukanlah komik2 komersial. Beberapa komik2 itu ada yg sangat sulit dipahami oleh pembaca komik, seakan-akan hanyalah si komikusnya sendiri yg memahami komik2 itu. Oleh karena itu saya menyebutnya sebagai komik suka-sukanya si komikus. Si komikus dengan sesuka hatinya membuat komik2 itu dan tidak perduli dengan pembaca komiknya.

Dalam komik2 seni ada ungkapan "kebebasan berekpressi" dan "membuat komik dengan jujur". Ini artinya si komikus boleh membuat komik2 apa saja nyaris tanpa batasan. Sebaliknya dalam komik2 komersial, ungkapan "kebebasan berekpressi" atau "membuat komik dengan jujur" tidak berlaku. Mengapa? Karena komik2 komersial di lempar ke pasar dan dibaca oleh kalangan yg tidak terbatas. Jika si komikus membuat komik yg menyinggung SARA (dengan dalih demi "kejujuran dalam membuat komik") atau membuat komik2 yg sarat mengadung unsur2 pornografi (dengan dalih "kebebasan berekspressi") tanpa kontrol dalam distribusinya maka komik2 itu bisa dianggap meresahkan masyarakat dan si komikus atau si penerbit bisa ditangkap polisi. Sejatinya komik komersial memiliki banyak batasan-batasan karena komik itu dibaca oleh masyarakat sedangkan komik2 seni lebih longgar karena komik seni hanya diedarkan pada kalangan tertentu saja.

Kita mungkin bertanya-tanya, dapatkah dibuat komik2 seni sekaligus komik2 komersial? Secara teori bisa saja komik komersial dengan komik seni itu didekatkan sehingga kita akan dapati komik2 yg bernilai seni tinggi sekaligus digemari pembaca komiknya dan laku di pasar. Namun pada kenyataannya, hal itu sangat sulit dicapai. Para maestro komikus kita dimasa lalu dulu pernah melakukan hal itu seperti Ganes Th, Teguh Santosa dgn komik2 wayangnya yg spektakuler atau Taguan Harjo dgn komik2 medannya. Dimasa kini, saya belum pernah menjumpai komikus muda yg mampu membuat komik2 seni sekaligus komik2 komik komersial. Seharusnya hal ini bisa menjadi tantangan yg mengasyikkan bagi para komikus atau produser komik untuk membuat komik komersial sekaligus memiliki nilai-nilai seni yg tinggi.

Komik2 komersial secara sederhana saya pilah-pilah menjadi komik2 rohani (keagamaan), komik ilmu pengetahuan dan komik2 hiburan sedangkan komik2 non komersial saya pilah-pilah menjadi komik-komik seni dan komik2 layanan masyarakat. Sebenarnya saya sangat ingin membahas komik2 itu lebih lanjut namun saat ini cukuplah dulu pengantar yg saya buat namun dari tulisan ini kita sudah dapat membayangkan bahwa komik itu sangat luas dan tidak akan habis-habisnya untuk dibahas.

Oh ya sebelum saya menutup tulisan saya, pada kesempatan yg baik ini, kepada seluruh teman-teman yg membaca tulisan ini saya mengucapkan :

"Minal Aidin wal Faidzin. SELAMAT HARI RAYA IDUL FTRI 1430 H, MOHON MAAF LAHIR BATHIN. "

Sampai jumpa,
Salam hangat :-)

Sandy Jatmiko
http://sandyjatmiko .multiply. com

sumber: milis komik indonesia

1 komentar: